‘Nek Penuh’ Kulitnya Melepuh Seperti Terkena Air Panas, Kini di Rumah Sakit Otorita Batam (3)

Aku dibisikin Andi staf Kelurahan Kasu yang ikut bersama kami dalam mobil Ambulance LAZ Batam, bahwa nek Penuh yang sedang sakit kulit melepuh sekujur tubuhnya seperti tersiram air panas itu, belum makan lagi sejak pagi.

Tadi dimasakin bubur, tapi dia tak nak makan.
Ya Allah semoga selera makan nek Penuh tak hilang, agar daya tahan tubuhnya kuat doaku dalam hati.

Sepanjang jalan dari Senggulung ke RSOB, mobil Ambulance LAZ Batam yang dikendarai Rudolf mahasiswa semester lima Fakultas Hukum Universitas Internasional Batam, volunter di LAZ Batam itu lancar tiada hambatan, seorang pengendara speda motor, entah siapa berjalan mendahului mobil kami, menyuruh orang menepi, agar mobil yang terus membunyikan sirene dan klakson itu diberi jalan. Layaknya ia polisi pengawal. Dan sangat membantu.

Tiba di ruang Emergensi RSOB, dua orang petugas medis dari Puskesmas Belakang Padang telah menanti. Kuminta pak Jaga membeli roti agar dimakan nek Penuh yang belum makan. Rekan wartawan sedang sedang bersoal jawab dengan security rumah sakit itu. Tak boleh ambil gambar nek Penuh yang sedang diturunkan dan dimasukkan ke ruang emergensi.

“Berita nenek Penuh ini sudah viral sampai ke kementrian di jakarta sana” ujarnya pada kami.

“Entahlah, ….mana keluarganya” ujar petugas medis di emergensi itu.

Pak Jaga kusuruh masuk, kelihatan dia takut atau apa, petugas dari puskesmas ikut mendampinginya.

Standar pemeriksaan, nek penuh tetap berbaring miring. Aku masuk kukatakan pada perawat disitu nenek ini belum makan sejak pagi.

Pak Jaga rada pekak, biasa nelayan tua seperti itu agaknya banyak menyelam di laut atau apa.

“Sus, pak ini ngomong ke dia agak kuat sedikit” kataku.

Suster itu melirikku, dia bertanya apakah nenek ini ada kelainan genetik sebelumnya.

Mana lah tau suku laut tak bisa tulis baca ditanya apa itu kelainan genetik sergahku pada perawat itu.

Kulitnya seperti ini baru sekitar dua bulan ini, biasanya yang kasih dia obat ibu bidan ini, rupanya petugas puskesmas Belakang Padang itu seorang Bidan bernama Sari.

Sejak nikah lebih empat puluh tahun nenek ini tak pernah sakit seperti ini. selama ini tak pernah di rongent atau chek apa pun.

Pak Jaga melirikku” dia kena minyak panas jadi melepuh, terus begini” jelasnya berulang ulang sejak kemarin lagi.

Kalau setaunya kulit bini dia itu melepuh kena minyak panas.

Seperti kayap, gelembung kulit didalamnya ada air, nah seperti itu agaknya. kalau kena minyak panas manalah pulak merambat ke sekujur tubuh. Itulah sebab dibawak ke rumah sakit. Kami kan bukan dokter.

‘Apakah disini ada dokter kulitnya” tanyaku pada perawat itu.

“Ada beberapa orang” jawabnya . Nah rujuklah kesitu saranku.

Petugas puskemas yang satu lagi, ngomong padaku, kalau sudah tiga hari makan obat tak ada perobahan seyogianya di evaluasi obatnya. Bu Bidan itu bilang sudah disuruh ke puskesmas, tapi mereka tak kesana.

Lah kan sudah dikasih tau untuk makan saja susah boro boro sewa bot atau beli minyak mau ke puskesmas Belakang Padang yang mengeluarkan duit 500 ribu rupiah, pulang pergi

Perawat ruang emergency itu bertanya lagi, gatal ya bu. matanya tertuju ke nek Penuh, nenek yang sudah agak reda tak mengerang lagi suaranya, bajunya sudah terlepas sebagian, masih terguling miring diatas dipan itu tak merespon pertanyaan perawat itu.

Si perawat itu menoleh ke pak Jaga, Gatal ya pak kata ibunya. pak Jaga pun senyap, orang jawa bilang mingkem.

Pak Jaga jangan diam saja, cerita lah pak apa saja yang terjadi tentang nek Penuh. ujarku pada pak Jaga agak keras.

Apa nenek ini, dia bilang badannya terasa miang. Pak Jaga mengangguk, ia miang terus katanya.
Kukatakan sekali lagi pada perawat itu mereka ini suku laut, orang melayu. Jangan tanya bahasa yang tinggi tinggi , genetik lah, Gatal agak beda dengan miang, miang itu macam bulu bulu yang ada di batang bambu terkena kulit. Mereka lebih familiar dengan miang dari kan gatal.

Tak tahu aku apakah perawat itu agak kurang senang, kupesankan sekali sambil aku pamit pulang, perawat itu keluar, agar sebisanya nenek Penuh ditangani dan diperiksa oleh yang ahli kulit…..

Aku pamitan pada nek Penuh dan pak Jaga, serta bu bidan Sari, Rodolf nak kuliah lagi. Hari sudah Ashar.
Pak Andi staf kelurahan Kasu itu ikut bersama kami pulang naik Ambulance, dia turun di simpang Tanjung Riau bot pancungnya menunggu di pelabuhan. Bu bidan dan kawan para medis satu lagi masih di situ.

Hatiku lega, sujud syukur ku padaMU ya Allah, Alhamdulillah. Semoga nenek Penuh ditangani dengan sepenuhnya, semoga segera sembuh. Bersambung…..

Catatan : Imbalo Batam ( Artikel ini seperti di jejaring sosialnya )

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *